Setelah lulus kuliah dan menyandang gelar sarjana, kita akan
disibukkan dengan urusan mencari kerja. Ada yang sengaja mengincar
perusahaan-perusahaan besar, tapi ada pula yang memilih perusahaan startup sebagai batu loncatan.
Yang pasti, posisi sebagai karyawan biasanya jadi yang paling diincar. Gaji tetap, jam kerja yang teratur, dan beragam fasilitas; menjadikan status karyawan kantoran jadi buruan banyak orang. Padahal, kerja kantoran itu nggak melulu menyenangkan, apalagi buat kamu yang masih usia 20-an. Apa alasannya? Simak di artikel ini, ya!
Bagi orang dewasa, bekerja adalah suatu kewajiban. Dengan bekerja, kamu akan punya penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kamu nggak lagi bergantung pada pemberian orang tua. Bahkan di titik ini kamu bisa jadi yang berganti peran untuk menanggung kebutuhan mereka.
Itulah mengapa gaji tetap seringkali jadi magnet yang kuat. Demi bisa mencukupi kebutuhan setiap bulannya, kamu mati-matian berjuang untuk mendapatkan posisi sebagai karyawan tetap di suatu perusahaan. Padahal kalau usia-mu masih 20-an, hidup dan pekerjaan seharusnya nggak melulu soal uang. Toh di usia ini kebutuhanmu boleh dibilang masih sedikit, apalagi kalau kamu masih tinggal dengan orang tua. Dalam memilih pekerjaan, gaji seharusnya nggak jadi patokan utama.
Nah, rutinitas macam inilah yang kadang membuat kamu bosan. Melakoni kegiatan yang sama setiap harinya pasti membuatmu ingin sejenak kabur untuk menjajal aktvitas lain, misalnya pergi liburan. Sayangnya, kamu nggak bisa seenaknya kalau sudah bekerja. Untuk mendapat kesempatan libur, kamu harus mengajukan cuti sejak jauh-jauh hari. Dan nggak bisa dipungkiri, dengan bekerja 6 atau 5 hari dalam seminggu, ada perasaan terkekang yang kadang menghampirimu.
Sebagai pekerja kantoran, kamu bakal akrab banget sama ruanganmu. Termasuk meja kerja, komputer atau laptop, dan berkas-berkas yang sehari-harinya jadi ‘makananmu’. Bisa jadi selama 8 jam kamu hanya akan melihat benda-benda ini. Sesekali melipir pergi untuk ke kamar mandi, makan siang, atau bikin kopi di pantry. Bandingkan dengan mereka yang bekerja di lapangan, misalnya jadi tour guide atau wartawan yang sehari-harinya liputan. Pasti banyak hal baru nan menarik yang bisa mereka temukan, ya!
Duduk dan bekerja di depan komputer bisa jadi bahaya yang nggak disadari. Apalagi kalau kamu duduk hampir 8 jam sehari selama 5 sampai 6 hari kerja. Menurut penelitian, duduk terlalu lama bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan, seperti kanker, diabetes, hingga penyakit jantung. Dari sekitar 70.000 kasus kanker, duduk terlalu lama terhubung dengan 24% kanker usus, 32% kanker endometrium, dan 21% kanker paru-paru.
Bukannya mau nakut-nakutin sih, tapi fakta penelitian tersebut bisa jadi bahan pertimbanganmu ‘kan? Mumpung masih muda, sebaiknya kamu berhati-hati dengan kesehatanmu. Akan lebih baik kalau kamu memilih pekerjaan yang nggak beresiko buat kesehatan.
Salah satu kelebihan bekerja kantoran adalah adanya asuransi kesehatan dan berbagai jenis tunjangan. Kamu akan merasa lebih aman dan nyaman karena kebutuhanmu bakal di-cover jika sewaktu-waktu jatuh sakit. Selain itu, kamu juga punya kesempatan mendapat berbagai jenis tunjangan. Lumayan ‘kan buat menambah penghasilanmu.
Sayangnya, segala kelebihan ini harus dibayar mahal dengan minimnya jaringan pergaulanmu. Bekerja kantoran membuatmu sekadar berhubungan dengan atasan dan beberapa rekan satu divisi saja. Apalagi kalau kamu malas bersosialisasi, jadi deh cuma akrab sama komputer dan berkas-berkas pekerjaan saja. Sementara kalau kamu bekerja di lapangan, misalnya jadi marketing, jaringanmu dijamin bakal lebih luas lagi.
Padahal kalau diadu soal pengalaman, mereka yang kerja di lapangan dijamin nggak kalah lho. Justru biasanya orang-orang kantoran itu lebih kaya pengalaman lantaran setiap hari ketemu banyak orang dan menghadapi situasi yang beragam.
Menduduki satu posisi di sebuah perusahaan menjadikanmu khatam dengan tugas-tugas tertentu saja. Misalnya sebagai akunting, kamu terbiasa berkutat dengan laporan-laporan keuangan dan alur keluar masuk uang di perusahaan. Hal ini bikin kamu nggak punya kesempatan untuk menjajal pekerjaan lainnya.
Sementara, kamu yang bekerja freelance justru punya kesempatan untuk meng-eksplore skill dan kemampuan. Ada lowongan jadi penulis diambil, peluang jadi penerjemah bahasa asing dijabanin, dapat pekerjaan marketing produk juga digarap – pokoknya kamu selalu punya kesempatan untuk memaksimalkan diri deh!
Umumnya, seseorang pasti akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu. Pasalnya, setidaknya kamu sudah punya bekal untuk menyelesaikan tugas-tugas di kantormu. Kamu pun nggak perlu belajar dari awal sehingga pekerjaan jadi lebih lancar. Meski bagus, hal semacam ini justru membuatmu memilih berdiam diri di zona nyaman. Kamu nggak mau menjajal hal lain yang di luar kemampuan. Kamu enggan menghadapi tantangan.
Yang satu ini mungkin hanya dimengerti mereka yang bekerja di lapangan. Misalnya para reporter berita dan kameramen, atau fotografer dan kru-nya. Mengalami susah senang selama bekerja di luar kantor membuat kebersamaan dan kedekatan di antara mereka terjalin lebih erat.
Meski para pekerja kantoran juga seringkali harus bekerja bersama-sama dalam tim, tapi sensasi kebersamaan akan lebih terasa saat di luar kantor. Pokoknya susah senang sama-sama deh!
Setelah bekerja 8 jam sehari (dan kadang ditambah lembur), kamu akan pulang ke rumah dalam kondisi lelah. Akhir pekan pun biasanya kamu habiskan untuk istirahat atau berlibur. Nggak ada waktu lagi kalau harus memikirkan soal bisnis atau pekerjaan sampingan.
Kondisi berbeda tentu dirasakan mereka yang memang bekerja freelance atau buka bisnis sendiri. Berbagai peluang pekerjaan sampingan selalu terbuka, sehingga sumber penghasilan pun tak lagi terhitung banyaknya. Lantaran nggak cuma mengandalkan satu sumber penghasilan saja, kualitas hidupmu pun jadi lebih cepat meningkat. Pokoknya nggak cuma dapat gaji segitu-gitu aja deh…
Nah, gimana? Kamu yang masih usia 20-an, kira-kira milih kerja kantoran atau setuju dengan artikel ini? Apapun keputusannya, pilihan tetap ada di tanganmu kok.
Sumber : hipwee
Semoga Bermanfaat.
Terima kasih.
Yang pasti, posisi sebagai karyawan biasanya jadi yang paling diincar. Gaji tetap, jam kerja yang teratur, dan beragam fasilitas; menjadikan status karyawan kantoran jadi buruan banyak orang. Padahal, kerja kantoran itu nggak melulu menyenangkan, apalagi buat kamu yang masih usia 20-an. Apa alasannya? Simak di artikel ini, ya!
1. Gaji tetap sering jadi alasan utama. Sementara di usia muda, toh uang bukan satu-satunya.
Bagi orang dewasa, bekerja adalah suatu kewajiban. Dengan bekerja, kamu akan punya penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kamu nggak lagi bergantung pada pemberian orang tua. Bahkan di titik ini kamu bisa jadi yang berganti peran untuk menanggung kebutuhan mereka.
Itulah mengapa gaji tetap seringkali jadi magnet yang kuat. Demi bisa mencukupi kebutuhan setiap bulannya, kamu mati-matian berjuang untuk mendapatkan posisi sebagai karyawan tetap di suatu perusahaan. Padahal kalau usia-mu masih 20-an, hidup dan pekerjaan seharusnya nggak melulu soal uang. Toh di usia ini kebutuhanmu boleh dibilang masih sedikit, apalagi kalau kamu masih tinggal dengan orang tua. Dalam memilih pekerjaan, gaji seharusnya nggak jadi patokan utama.
2. Jam kerja yang teratur membuatmu terjebak dalam rutinitas. Selain membosankan, hidup rasanya jadi nggak bebas.
Temen: “Eh, anak-anak mau liburan bareng akhir bulan besok. Ikut ‘kan loe?”Bekerja kantoran memang bikin hidupmu jadi lebih teratur. Gimana nggak? Setiap hari kamu akan rutin bangun pagi. Bermodal alarm, rutinitas pagi harus dilakoni tepat waktu supaya nggak telat sampai di kantor. Kamu baru akan pulang ke rumah setelah selesai jam kantor, atau setelah tugas-tugasmu pada hari itu selesai.
Kamu: “Lhah, gue belum ngajuin cuti. Kok mendadak sih?”
Temen: “Ya, kita-kita ‘kan kerjanya selow. Hehehe.”
Kamu: (cuma bisa nangis sambil tetep nyelesain kerjaan)
Nah, rutinitas macam inilah yang kadang membuat kamu bosan. Melakoni kegiatan yang sama setiap harinya pasti membuatmu ingin sejenak kabur untuk menjajal aktvitas lain, misalnya pergi liburan. Sayangnya, kamu nggak bisa seenaknya kalau sudah bekerja. Untuk mendapat kesempatan libur, kamu harus mengajukan cuti sejak jauh-jauh hari. Dan nggak bisa dipungkiri, dengan bekerja 6 atau 5 hari dalam seminggu, ada perasaan terkekang yang kadang menghampirimu.
3. Kamu akrab dengan dinding kantor dan meja kerja, padahal ada dunia yang lebih indah menunggu dijelajahi di luar sana.
Sebagai pekerja kantoran, kamu bakal akrab banget sama ruanganmu. Termasuk meja kerja, komputer atau laptop, dan berkas-berkas yang sehari-harinya jadi ‘makananmu’. Bisa jadi selama 8 jam kamu hanya akan melihat benda-benda ini. Sesekali melipir pergi untuk ke kamar mandi, makan siang, atau bikin kopi di pantry. Bandingkan dengan mereka yang bekerja di lapangan, misalnya jadi tour guide atau wartawan yang sehari-harinya liputan. Pasti banyak hal baru nan menarik yang bisa mereka temukan, ya!
4. Rela duduk 8 jam per hari? Badan dan tulang mudamu seharusnya lebih banyak bergerak setiap hari!
Duduk dan bekerja di depan komputer bisa jadi bahaya yang nggak disadari. Apalagi kalau kamu duduk hampir 8 jam sehari selama 5 sampai 6 hari kerja. Menurut penelitian, duduk terlalu lama bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan, seperti kanker, diabetes, hingga penyakit jantung. Dari sekitar 70.000 kasus kanker, duduk terlalu lama terhubung dengan 24% kanker usus, 32% kanker endometrium, dan 21% kanker paru-paru.
Bukannya mau nakut-nakutin sih, tapi fakta penelitian tersebut bisa jadi bahan pertimbanganmu ‘kan? Mumpung masih muda, sebaiknya kamu berhati-hati dengan kesehatanmu. Akan lebih baik kalau kamu memilih pekerjaan yang nggak beresiko buat kesehatan.
5. Iya sih dapat tunjangan dan asuransi, tapi kerja di luar kantor memungkinkanmu punya jaringan yang lebih luas lagi.
Salah satu kelebihan bekerja kantoran adalah adanya asuransi kesehatan dan berbagai jenis tunjangan. Kamu akan merasa lebih aman dan nyaman karena kebutuhanmu bakal di-cover jika sewaktu-waktu jatuh sakit. Selain itu, kamu juga punya kesempatan mendapat berbagai jenis tunjangan. Lumayan ‘kan buat menambah penghasilanmu.
Sayangnya, segala kelebihan ini harus dibayar mahal dengan minimnya jaringan pergaulanmu. Bekerja kantoran membuatmu sekadar berhubungan dengan atasan dan beberapa rekan satu divisi saja. Apalagi kalau kamu malas bersosialisasi, jadi deh cuma akrab sama komputer dan berkas-berkas pekerjaan saja. Sementara kalau kamu bekerja di lapangan, misalnya jadi marketing, jaringanmu dijamin bakal lebih luas lagi.
6. Pekerja kantoran cenderung dianggap sudah mapan, tapi mereka yang ada di lapangan malah sebenarnya kaya pengalaman.
Calon mertua: “Kamu kerja dimana, Mas?”Iya sih, kerja kantoran itu bikin kepercayaan dirimu meningkat, apalagi ketika bertemu calon mertua. Kamu bisa menjawab dengan mantap kalau mereka bertanya soal pekerjaan. Nggak bisa dipungkiri, kerja kantoran memang memberi kesan mapan. Yang pasti, calon mertua juga bakal lebih tenang kalau anaknya dapat pasangan pekerja kantoran.
Kamu: (dengan percaya diri) “Saya di perusahaan X, Pak.”
Padahal kalau diadu soal pengalaman, mereka yang kerja di lapangan dijamin nggak kalah lho. Justru biasanya orang-orang kantoran itu lebih kaya pengalaman lantaran setiap hari ketemu banyak orang dan menghadapi situasi yang beragam.
7. Daripada belajar hal yang itu-itu saja, manfaatkan waktumu untuk belajar ilmu-ilmu lainnya.
Menduduki satu posisi di sebuah perusahaan menjadikanmu khatam dengan tugas-tugas tertentu saja. Misalnya sebagai akunting, kamu terbiasa berkutat dengan laporan-laporan keuangan dan alur keluar masuk uang di perusahaan. Hal ini bikin kamu nggak punya kesempatan untuk menjajal pekerjaan lainnya.
Sementara, kamu yang bekerja freelance justru punya kesempatan untuk meng-eksplore skill dan kemampuan. Ada lowongan jadi penulis diambil, peluang jadi penerjemah bahasa asing dijabanin, dapat pekerjaan marketing produk juga digarap – pokoknya kamu selalu punya kesempatan untuk memaksimalkan diri deh!
8. Anak muda seharusnya nggak tinggal di zona nyaman, tapi pergi keluar mencari tantangan.
Umumnya, seseorang pasti akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu. Pasalnya, setidaknya kamu sudah punya bekal untuk menyelesaikan tugas-tugas di kantormu. Kamu pun nggak perlu belajar dari awal sehingga pekerjaan jadi lebih lancar. Meski bagus, hal semacam ini justru membuatmu memilih berdiam diri di zona nyaman. Kamu nggak mau menjajal hal lain yang di luar kemampuan. Kamu enggan menghadapi tantangan.
9. Bekerja kantoran memang mengharuskanmu bersosialisasi. Tapi di lapangan kamu baru mengerti rasanya berbagi.
Yang satu ini mungkin hanya dimengerti mereka yang bekerja di lapangan. Misalnya para reporter berita dan kameramen, atau fotografer dan kru-nya. Mengalami susah senang selama bekerja di luar kantor membuat kebersamaan dan kedekatan di antara mereka terjalin lebih erat.
Meski para pekerja kantoran juga seringkali harus bekerja bersama-sama dalam tim, tapi sensasi kebersamaan akan lebih terasa saat di luar kantor. Pokoknya susah senang sama-sama deh!
10. Tanpa status sebagai karyawan kantoran, banyak peluang untuk pekerjaan tambahan. Kalau sudah begitu, kamu bisa punya beberapa sumber penghasilan.
Setelah bekerja 8 jam sehari (dan kadang ditambah lembur), kamu akan pulang ke rumah dalam kondisi lelah. Akhir pekan pun biasanya kamu habiskan untuk istirahat atau berlibur. Nggak ada waktu lagi kalau harus memikirkan soal bisnis atau pekerjaan sampingan.
Kondisi berbeda tentu dirasakan mereka yang memang bekerja freelance atau buka bisnis sendiri. Berbagai peluang pekerjaan sampingan selalu terbuka, sehingga sumber penghasilan pun tak lagi terhitung banyaknya. Lantaran nggak cuma mengandalkan satu sumber penghasilan saja, kualitas hidupmu pun jadi lebih cepat meningkat. Pokoknya nggak cuma dapat gaji segitu-gitu aja deh…
Nah, gimana? Kamu yang masih usia 20-an, kira-kira milih kerja kantoran atau setuju dengan artikel ini? Apapun keputusannya, pilihan tetap ada di tanganmu kok.
Sumber : hipwee
Semoga Bermanfaat.
Terima kasih.
Posting Komentar