Timika, Kini virus Corona COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). beberapa negara pun telah menerapkan kebijakan lockdown demi mencegah penularan virus semakin luas.
Dalam menghadapi wabah COVID-19 di dunia maupun di Indonesia, sebagian orang menganggap bahwa pysical distancing saja tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus ini.
Melalui berbagai media, tidak sedikit orang yang mendorong pemerintah untuk segera menerapkan lockdown.
foto.pradita utama - detik.com
Apa itu Lockdown?
Lockdown merupakan tindakan darurat atau kondisi saat orang-orang untuk sementara waktu dicegah memasuki atau meninggalkan area atau bangunan yang telah ditentukan selama ancaman bahaya berlangsung.
Misalnya, di Wuhan, Tiongkok, lockdown diterapkan secara total yang mana seluruh warga di kota tersebut dilarang keluar rumah dan semua area publik, seperti mal dan pasar ditutup.
Sementara di Spanyol dan Italia, kebijakan lockdown disana masih memperbolehkan warganya pergi keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan membeli obat-obatan.
Apakah Lockdown Efektif Mencegah Penyebaran Virus Corona?
Pada tanggal 23 Januari 2020, pemerintah Tiongkok menerapkan lockdown di 20 provinsi. Salah satunya adalah provinsi Hubei dengan Wuhan sebagai ibukotanya. Sekitar 2 bulan setelah lockdown diberlakukan, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengumumkan bahwa tidak ada laporan kasus COVID-19 baru di provinsi tersebut.
Berita tersebut menunjukan bahwa lockdown terlihat efektif menekan laju penyebaran virus, Namun, jika melihat kondisi di negara lain yang juga menerapkan lockdown, efektivitas lockdown masih perlu dikaji lebih lanjut.
Sebagai contoh, di Italia yang sudah menerapkan lockdown sejak 9 Maret hingga 27 Mei 2020 kemarin, peningkatan kasus tetap saja terjadi. Berdasarkan data terakhir, ada sekitar 231.000 orang terjangkit virus Corona dan 32.955 diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan data-data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas lockdown dalam mencegah virus Corona dan pandemi COVID-19 belum diketahui secara pasti.
Dampak Lockdown bagi Masyarakat
Resiko kebijakan yang ditimbulkan pada masyarakat yakni:
Dampak Psikologis
Dengan diberlakukannya lockdown, masyarakat beresiko mengalami ketakutan, kecematan, kesepian karena merasa terasing dari lingkungan sosialnya. Hal-hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental.
Menurut beberapa penelitian, segala bentuk pembatan fisik dapat meningkatkan resiko terjadinya masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, rasa takut dan kesepian.
Jika hal ini terjadi, orang-orang yang mengalami masalah psikologis tersebut dapat mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga justru rentan sakit. Tanpa penanganan yang tepat, stres atau cemas akibat kondisi lockdown juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang lebih serius, misalnya depresi.
Dampak Ekonomi
Kebijakan lockdown juga akan sangat berdampak pada perekonomian masyarakat dan negara. Karena tidak dapat keluar rumah, banyak warga yang kesulitan mencari nafkah. Hal ini tentu akan lebih dirasakan oleh orang-orang yang tidak dapat bekerja dari rumah.
Oleh karena itu, setelah mempertimbangkan berbagai sisi positif dan negatifnya, pemerintah Indonesia belum memutuskan untuk memilih kebijakan lockdown sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Corona.
Kebijakan yang saat ini diterapkan oleh pemerintah adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), di mana hanya dilakukan pembatasan pada kegiatan tertentu untuk menekan penyebaran infeksi.
Sambil mematuhi kebijakan pemerintah dalam menanggulangi wabah COVID-19, Anda juga tetap perlu melakukan upaya pencegahan infeksi virus Corona dengan mencuci tangan secara rutin, menghindari tempat ramai dan berdekatan dengan orang lain, serta mengkonsumsi makanan bergizi seimbang agar sistem kekebalan tubuh Anda tetap kuat.
Referensi:
dr.Kevin Adrian - alodokter.com(2020). Memahami Istilah Lockdown yang Mencuat di Tengah Pandemi Virus Corona
Achmad Reyhan Dwianto - health.detik.com(2020). Arti Lockdown, Bedanya dengan Isolasi dan Karantina